PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang
muncul dalam sistem persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan
siswa secara kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label
unggul dengan segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas
tak unggul memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada
kelompok unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik.Sementara
siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya
menerima keadaan itu.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun
dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya
sendiri.Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan
belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi
juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi,
keaktifan belajar dan lain-lain.Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari
luar diri siswa, diantaranya
adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup
besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa
dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal.Salah satunya
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena
banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk
kooperatif mampumeningkatkan efektivitas
pembelajaran.Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat
mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan
antar manusia.
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau
kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk
lebih mengembangkan kemampuannya.Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui
kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dari pembelajaran kooperatif?
2.
Bagaimana karakteristik pembelajaran kooperatif
?
3.
Bagaimana bentuk-bentuk pembelajaran
kooperatif?
4.
Bagaimana metode pembelejaran kooperatif?
5.
Apa saja keunggulan dan kelemahan strategi
pembelajaran kooperatif ?
6.
Bagaimana penerapan strategi pembelajaran
kooperatif didalam sebuah pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994) menyatakan bahwa “model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran”.
Johnson & Johnson (1987) dalam Isjoni
(2009:17) menyatakan bahwa “pengertian model pembelajaran kooperatif yaitu
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari
satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Menurut Wikipedia (2011) “pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk
sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama
kelompok dan interaksi antar siswa”.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran
efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja
sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran
gotong royong) dalam pendidikan adalah homo
homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung.Di samping model
pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran
kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.[1]
B.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1.
Positive interdependence, hal ini menunjukkan
adanya saling ketergantungan diantara anggota kelompok. Bila salah satu gagal,
maka yang lain akan ikut gagal. Jadi setiap anggota harus berusaha keras agar
tercapai keberhasilan individual, karena setiap individu yang gagal dan
berhasil akan saling mempengaruhi.
2.
Individual accountability, jadi setiap individu
mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab kelompok agar hasil belajar menjadi baik.
3.
Face to face promotive interaction, maksudnya
adalah setiap anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar
tujuandan tugas yang diberikan dapat dikuasai oleh semua anggota kelompok.
4.
Appropriate use of collaborative skills, dalam
kelompok ini setiap individu berlatih untuk dapat dipercaya, mempunyai jiwa
kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi, dan memiliki
keterampilan untuk mengatur konflik.
5.
Group processing, artinya setiap anggota harus
dapat mengatur keberhasilan kelompok, secara berkala mengevaluasi kelompoknya,
serta mengidentifikasi perubahan yang akan dilakukan agar pekerjaan kelompoknya
lebih efektif lagi.[2]
C.
Bentuk-bentuk
pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran perlu dipahami
agar guru dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan
hasil pembelajaran.Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki
tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
Model pembelajaran menurut Joice dan
Well (1990) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian
rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Dalam penerapannya model
pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif
terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya:
1.
Student
Team Achievement adaivision (STAD)
Tipe
ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses
pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang
meliputi:
a.
Tahapan
penyajian materi
b.
Tahap
kegiatan kelompok
c.
Tahap
tes individual
d.
Tahap
perhitungan skor perkembangan individu, dan
e.
Tahap
pemberian penghargaan kelompok
2.
Jigsaw
Pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam
menyelenggarakannya.Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil.Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat
dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.
3.
Team
Games Tournaments (TGT)
TGT
adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin daan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam
kerja kelompok guru memberikan LKS pada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas
yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut
kepada guru.
4.
Group
Investigation (GI)
Salah
satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah Model Group Investigation.Model ini
merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara
prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis kontruktivisme dan
pembelajaran demokrasi.Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa yang aktif dapat terlihat mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberikan peluang
kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui
kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki
kesalahannya.
5.
Rotating
Trio Exchange
Pada
model ini, kelas dibagi beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas
ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di
kanannya, berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk
didiskusikan. Setelah selesai berikan nomor untuk setiap anggota trio tersebut.
Contohnya nomor 0,1 dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum
jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam.Sedangkan nomor 0 tetap di
tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio
baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah
sedikit tingkat kesulitan.Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang
telah disiapkan.
6.
Group
Resume
Model ini akan
menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas di bagi kedalam
kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang siswa. Berikan
penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat ataupun
kemampuannya di kelas.Biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yan
di dalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan aka nisi
kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, keterampilan, hobby,
bakat dan lain-lain.Kemudian setiap kelompok diminta untuk mempersentasikan
kesimpulan kelompok mereka.[3]
D.
Metode pembelajaran kooperatif
J.R David dalam
Teaching Strategies for College Class Room (1976), mengemukakan, “ A Plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular education
goal.”. menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi rencana, metode
dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu. Kadang-kadang metode pengajaran sering dikacaukan dengan strategi
pembelajaran.
Untuk
melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.Suatu
program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka,
bisa dilaksanakan berbagai metode, seperti ceramah, diskusi kelompok, maupun
Tanya jawab.Keseluruhan metode itu termasuk media pendidikan yang digunakan
untuk menggambarkan strategi pembelajaran.
Dalam
pembelajaran ini, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar di kelas ( Lie, 2000), yaitu:
1.
Teknik Mencari Pasangan (Make a Mach), yaitu
teknik yang dikembangkan Loma Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic
dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan semua tingkatan usia.
2.
Bertukar pasangan, teknik ini memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan bisa ditunjuk oleh
guru atau berdasarkan Teknik Mencari Pasangan.
3.
Berpikir berpasangan berempat (Think Pare
Share), yaitu teknik yang dikembangkan Frank Lyman (Think Pair Share) dan
Spencer Kagan (Think Pair Square). Teknik ini memeberi siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini
ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan
kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain.
4.
Berkirim salam dan soal, teknik ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka.
Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa terdorong untuk belajar
dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya.
5.
Kepala bernomor (Numbered Heads), teknik ini
dikembangkan Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberi kesempatan kapada siswa
untuk saling memberikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama
mereka.
6.
Kepala bernomor terstruktur, teknik ini
modifikasi dan teknik kepala bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan teknik
ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling
keterkaitan dengan teman-teman sekelompoknya.
7.
Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray),
teknik ini dikembangkan Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan dengan teknik
kepala bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan
hasil informasi dengan kelompok lain.
8.
Keliling kelompok, dalam teknik ini
masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
9.
Kancing gemerincing, teknik dikembangkang juga
oleh Spencer Kagan (1992), di mana masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan dan mendengarkan pandangan
dan pemikiran orang lain.
10.
Keliling kelas, teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil
kerja orang lain.
11.
Lingkaran kecil lingkaran besar (Inside Outside
Cirle), dikembangkan Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
12.
Tari bamboo, teknik ini merupakan modifikasi
lingkaran keci lingkaran besar, karena keterbatasan ruangan kelas.
13.
Bercerita berpasangan (Paired Stotytelling),
dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar dan bahan
pengajaran. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata itu agar bahan
pelajaran menjadi lenih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan berimajinasi sehingga siswa terdorong untuk belajar.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Teknik-teknik tersebut tidak harus dipratekkan
seluruhnya di depan kelas, namun sebagai seorang guru yang professional, guru
bisa memilih dan memodifikasi sendiri teknik-teknik tersebut agar lebih sesuai
dengan situasi kelas.[4]
E.
Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran
kooperatif
1.
Keunggulan
a.
Melalui Strategi pembelajaran kooperatif, siswa
tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan dapat
belajar dari siswa yang lain.
b.
Strategi pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan, mengembangkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara
verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain
c.
Strategi pembelajaran koopratif dapat membantu
anak untuk respect pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya
serta menerima segala perbedaan
d.
Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar
e.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan
suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal, keterampilan mengelola waktu, dan sikap positif terhada sekolah.
f.
Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
g.
Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).
h.
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.[5]
2.
Kelemahan
a.
Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi
pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu.
b.
Penilaian yang diberikan dalam strategi
pembelajaran langsung didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
c.
Keberhasilan strategi pembelajaran langsung
dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang
cukup panjang.[6]
F.
Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif didalam
Sebuah Pembelajaran
Dalam memulai
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, maka guru
merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran
yang ingin dicapai.Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan
sosial yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama
pembelajaran berlangsung. Guru kemudian mengorganisasikan materi tugas yang
akan dikerjakan bersama-sama dalam kelompok dengan mengembangkan lembar kerja
siswa. Untuk memulai pembelajarannya, guru menjelaskan tujuan yang harus
diperlihatkan siswa terlebih dahulu.[7]
Dalam
menyampaikan materi pembelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan
siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan
perlakuan guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan
dari kelompok yang terbentuk.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Wina H. 2010. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Widodo, Ari, dkk. 2007. Bahan Belajar
Mandiri. Bandung: UPI Press.
Masitoh & Laksimi, Dewi. 2009. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama
Republik Indonesia.
Isjoni,
H. 2011. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamrun,
H. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan.Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
[1]Masitoh &
Laksimi, Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009)
[2]Widodo, Ari, dkk, Bahan Belajar Mandiri,
(Bandung: UPI Press, 2007)
[3]
Drs. H. Isjoni, Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
ANTAR Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 74-88
[4]Ibid,
hal 112-115
[6] Dr.
h. Hamrun, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hal 171